Mempersiapkan Bella Fawzi dengan Bahasa Inggris Terbaik di RELC Singapura

Mempersiapkan Bella Fawzi dengan Bahasa Inggris Terbaik di RELC Singapura
Ikang Fawzi & Marissa Haque Serius Mempersiapkan Kedua Putrinya dalam Menjawab Tantangan Zaman

Rabu, 14 April 2010

“Teori Komunikasi dan Aplikasinya”: Ringkasan Paper Bella Fawzi (FISIP-Kom, UI, 2010)



1. Latar Belakang

Manusia terlahir untuk selalu berkomunikasi, entah itu dengan diri sendiri ataupun dengan segala sesuatu yang berada diluar dirinya. Sebagai disiplin ilmu, komunikasi adalah sebuah ranah keilmuan yang sangat dinamis serta terus melakukan pengembangan diri. Berbagai prinsip dan ide sentral dari bebrapa teori komunikasi penting untuk dipahami agar kami para mahasiswa jurusan ilmu komunikasi mendapatkan manfaatnya didalam mempertajam kepekaan yang kritis analitis, serta sistemis. Ilmu komunikasi sendiri jarang yang benar-benar berdiri sendiri, banyak teori komunikasi berpotongan melampaui berbagai konteks. Tori komunikasi selalu saja bersinggungan dalam irisan kesamaan tertentu dengan bidang keilmuan lainnya., semisal: (1) psikologi; (2) sosiologi; (3) biologi; dan (4) filsafat. Hal ini mulai ‘penampakan’nya dalam manuskrip bapak komunikasi dunia Wilbur Schramm, yang ditemukan dirumahnya pasca pemakamannya pada tahun 1987. Kandungan dalam tulisannya mengokohkan peran empat tokoh dari bidang keilmuan yang berbeda bahwa komunikasi adalah bidnag ilmu dalam satu koridor ilmu sosial. Keempat scholars dari empat bidang keilmuan yang berbeda tersebut adalah: (1) Harold Laswell; (2) Paul Lazarfeld; (3) Kurt Levin; (4) Carl Hovland. Sementara faktor utama didalam ilmu komunikasi ada enam, yaitu: (1) intrapersonal; (2) interpersonal; (3) kelompok kecil; (4) organisasi publik; (5) bermediasi; (6) lintas budaya. Diharapkan dengan mempelajari secara mendalam serta seksama seluruh teori ilmu komunikasi, para mahasiswa jurusan komunikasi akan tercerahkan dan memiliki kemampuan komunikasi yang efektif.

2. Pengembangan Hubungan
2. 1. Bab 10, Teori Penetrasi Sosial
Teori ini telah lama diterima secara luas oleh sejumlah ilmuwan dalam disiplin ilmu komunikasi. Teori ini menfokuskan kepada hubungan yang berkembang dari manusia sebagai objek penelitiannya, dari sebuah hubungan yang superficial (palsu/kaku/basa-basi) menjadi sebuah hubungan yang intim/akarab/tulus. Hubungan yang berkembang tersebut dapat dijelaskan menjadi: (1) hubungan yang mulai berkembang dari tidak intim menjadi intim; (2) hubungan yang sistematis serta dapat diprediksi; (3); perkembangan hubungan yang mencakup depenetrasi/menarik diri/disolusi; dan (4) perkembangan hubungan pembukaan diri. Inilah inti dari perkembangan hubungan yang dimaksud dalam Teori Penetrasi Sosial (Altman dan Taylor, 1973).

2. 2. Bab 11, Teori Pertukaran Sosial
Didalam teori ini dijelaskan secara rinci, bagaimana sebuah hubungan mendapatkan tekanan yang menjadikan pengorbanan lebih besar daripada penghargaan. Persahabatan, percintaan, pertemanan kemjdian menjadi sumber petaka karena lingkungan dimana objek penelitian berada memberikan tekanan negatif yang berakibat kepada renggangnya relasi yang sempat tebentuk. Hubungan positif akan mengdapatkan penghargaan positif dimana sebuah hubungan besar kemungkinan diteruskan, namun sebaliknya hubungan negatif akan mengdapatkan tekanan negatif dimana sebuah hubungan besar kemungkinan tidak akan sanggup untuk diteruskan (Thibaut dan Kelly, 1973). Harmonisasi hubungan kemudian menjelma menjadi hubungan yang disharmonis. Kedua ilmuwan ilmu komunikasi ini—Thibout dan Kelly—menganilis pengendalian nasib dan pengendalian perilaku. Didalam pengendalian nasib (fate control), adalah kemampuan untuk mempengaruhi hasil akhir pasangan. Sementara pengendalian perilaku (behavior control), adalah kemampuan untuk menyebabkan perubahan perilaku orang lain dengan mengubah perilaku sendiri. Lebih jauh dijelaskan oleh Thibout dan Kelly, bahwa teori pertukaran social ini bahkan melangkah lebih jauh dengan memprediksi nilai (worth) dari sebuah hubungan menjadi hasil akhir (outcome). Apakah akan meneruskan sebuah hubungan atau memutuskan untuk mengakhirinya. Sebuah hubungan positif diharapkan akan berlanjut, sedangkan hubungan yang negatif kemungkin sangat besar akan berakhir.


2.3. Bab 12, Teori Dialektika Relasional

Didalam teori ini, Baxter dan Montgomery (1996) menyatakan bahwa pendekatan dialektik adalah sebuah pendekatan yang membingkai kontradiksi menjadi: (1) monologis; (2) dualistic; (3) dialektik. Berfokus kepada Teori Dialektika Relasional adalah sebuah pendekatan dialektik yang membingkai kontradiksi menjadi baik/maupun (both/and). Bahkan teori ini lebih lanjut menjelaskan, bahwa hidup ini sebenarnya berisi ketegangan-ketegangan berkelanjutan diantara impuls-impluls yang kontadiktari. Baxter dan Montgomery (1996) membingkainya menjadi lebih sederhana dan rinci serta mudah dipahami, bahwa manusia tidak dapat selalu menyelesaikan elemen-elemen kontradiksi yang ada didalam kehidupan mereka. Secara bertolak belakang terjadi absence make the heart grow fonder namun disisi lainnya dinyatakan juga out of sight wil out of mind as well. Teori ini berhubungan erat dengan teori interaksionis simbolik oleh Mead (1934). Dimana simbol-simbol semisal: (1) membutuhkan; (2) mencintai; (3) dihargai, dan lain sebagainya saling bertolak-belakang namun dicari jalan tengah untuk penyelesaiannya—resolusi konflik. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa: (1) hubungan manusia tidak pernah linear; (2) hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan; (3) kontradiksi merupakan fakta dalam hidup berhubungan; (4) komunikasi sangat penting untuk menglola dan menegosiasikan beragam kontradiksi dalam kehidupan. Didalam semua tanda yang ada tersebut diatas, manusialah sang pembuat keputusan serta yang mengikuti peratran yang telah disepakati berdasarkan konsep diri, konsep privasi, serta keberadaan orang lain (Petronio dan Caughlin, 2006).

3. Kelompok dan Organisasi
3. 1. Bab 14, Teori Groupthink

Didalam teori ini, ‘akal sehat’ terkadang/lebih sering diabaikan demi keharmonisan kelompok dominan didalam sebuah organisasi kelompok. Janis (1989) menyatakan bahwaketika sebuah kelompok berada didalam sebuah groupthink, maka mereka akan serta-merta terlibat kedalam sebuah mentalitas “menjaga keharmonisan” kelompok. Sebelum asumsi-asumsi teroi ini diidentifikasi, awal langkah perlu untuk mengamati ‘kelompok elit kecil yang berada didalam persis pada titik-titik penting dalam proses kebijakan asing (Yetiv, 2003). Dibanyak kasus sering terjadi pendapat dari seorang individu yang ‘yunior’ atau malah dianggap’tidak tah apa-apa’ diabaikan dan mengakibatkan kefatalan kondisi diakhir hasil keputusan yang tidak cermat danbias tersebut. Karenanya Hart (1990) mengatakan dibutuhkan beberapa rekomendasi terkait langkah penyelamatan oranisasi/perusahaan terkait dengan isu groupthnk tersebut, yaitu: (1) diperlukan supervising dan controling yang kuat dalam feed back mechanism; (2)mendukung adanya pelaporan kecurangan dari seorang/beberapa orang whistle blower; (3) menerima adanya masukan atas “keberatan” dari dalam kemlompok; (4)menyeimbangkan consensus dan suara mayoritas/yang dalam hal ini belum tentu bijak dan benar.

3. 2. Bab 15, Teori Penstrukturan Adaptif
Didalam teori ini, Giddens, Poole, Seibod, dan Mc Phee (1984) mengatakan bahwa ssebuah system didalam kelompok atau organisasi adalah perilaku yang dilaksanakan oleh kelompok atau organisasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama/goal concruance.

3. 3. Bab 16, Teori Budaya Organisasi
Didalam teori ini, Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (20011) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.pengertian budaya organisasi diambil dari alam kehidupan masyarakat sehari-hari yang tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya tersebut membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan yang mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya yang dimaksud pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Sementara Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001) menyatakan bahwa sebuah budaya organisasi adalah terdiri dari cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.

Robbins (1996) menyatakan, bahwa budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

Sementara menurut Schein (1992), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Karenanya untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

Menurut Cushway dan Lodge (2000), dikatakan bahwa budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (200), beberapa sumber budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang terdiri dari:
1) pengaruh umum dari luar yang luas yang mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi;
2) pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat;
3) keyakinan serta nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan;
4) beberapa faktor yang dianggap spesifik dari organisasi yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Dimana dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil.

Keberhasilan didalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul tersebut merupakan dasar konkrit bagi laju pertumbuhan budaya sebuah organisasi dimanapun lokasinya serta saat kapanpun dioperasikannya organisasi tersebut.

3.4. Bab 17, Teori Informasi Organisasi
Didalam teori ini, komunikasi organisasi adalah sebuah bentuk pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

3.4.1. Organisasi dan komunikasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.

Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1) Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya;

2) Fungsi regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan;

3) Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya;

4) Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisas.

Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:

a) Kesatuan komando
Dimana seorang karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan;
b) Rantai skalar
Dimana garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi;
c) Divisi pekerjaan
Dimana manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien;
d) Tanggung jawab dan otoritas
Dimana perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai;
e) Disiplin
Dimana ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui;
f) Mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum
Dimana melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.


Bibliography

Griffin, Em. 200., A First Look at Communication Theory. Boston: McGraw Hill
Sendjaja. 1994. Teori-Teori Komunikasi. Tangerang Sealtan: Universitas Terbuka
Swatha, Basu. 1993. Segi-Segi Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: UGM Press
West, Richard and Lynn H. Turner. 2008. Introducing Communication Theory. Boston: McGraw Hill

Marissa Haque, Ikang Fawzi, Bella Fawzi, Chikita Fawzi

Marissa Haque, Ikang Fawzi, Bella Fawzi, Chikita Fawzi
Marissa Haque, Ikang Fawzi, Bella Fawzi, Chikita Fawzi

Dukungan Penuh Seribu Persen Insya Allah

Dukungan Penuh Seribu Persen Insya Allah
Ibu Icha & Ayah Ikang yang Tulus Mendukung Cita-cita Bella

Lintas Indonesia bersama Bella Fawzi (Anak Ikang Fawzi)

Lintas Indonesia bersama Bella Fawzi (Anak Ikang Fawzi)
Hari Pertama Bella Fawzi sebagai News Anchor di Global TV/MNC Group

Isabella Fawzi (Kilas Indonesia) dgn Modo dan Modi, Gobal TV, Nov 2011

Isabella Fawzi (Kilas Indonesia) dgn Modo dan Modi, Gobal TV, Nov 2011
Isabella Fawzi (Kilas Indonesia) dgn Modo dan Modi, Gobal TV, Nov 2011

Entri Populer